PROSEDUR TETAP
PEMERIKSAAN NEUROLOGI
PEMERIKSAAN NEUROLOGI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2012/2013
I.
PERSIAPAN ALAT
§ Bahan bacaan
§ Vial-vial berisi
zat beraroma, seperti kopi, vanila, parfum, dll
§ Vial-vial berisi
gula, garam atau asam
§ Objek yang sudah
dikenal, seperi koin, klip, dll
§ Jepit pengaman atau
jarum (steril)
§ Snellen chart
§ Penlight
§ Tongue spatel
§ Dua botol berisi
air panas dan air dingin
II.
PERSIAPAN PASIEN
§ Pasien bisa dalam
posisi duduk atau berbaring yang nyaman.
§ Pasien dalam posisi
duduk saat dilakukan pengkajian syaraf kranial
§ Pengkajian fungsi
sensorik, motorik dan reflek membutuhkan klien dalam berbagai posisi
III.
PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN
III.1
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL DAN EMOSIONAL
JENIS PEMERIKSAAN
|
METODE
|
Tingkat Kesadaran
|
¡ Bicara dengan
klien, menanyakan peristiwa atau aktivitas yang terjadi di sekitar klien,
tanyakan pertanyaan singkat dan sederhana seperti nama klien, dimana klien
berada saat ini
¡ Minta klien untuk
menikuti perintah sederhana, seperti minta klie menekan jari pemeriksa atau
jari klien sendiri.
¡ Tentukan derajad
kesadaran kualitatif klien dengan menggunakan
GCS/ AVPU
|
Perilaku dan penampilan
|
¡ Perhatikan mood,
hygiene, pakaian dan cara klien berpakaian
¡ Observasi gaya
dan tindakan klien selama dilakukan pengkajian
¡ Perhatikan respon
non verbal klien
|
Bahasa
|
¡ Perhatikan suara
klien, nada dan gaya pembicaraan
¡ Perhatikan
artikulasi antar kalimat yang dibentuk klien.
|
Fungsi intelektual
|
¡ Kaji ingatan masa
lalu klien
¡ Kaji pula ingatan
paling baru klien :
F Minta klien untuk
mengulang angka 5-8 digit ke depan atau 4-6 digit angka dalam urutan terbalik
¡ Kaji kemampuan
klien untuk membuat penilaian dan untuk mengorganisir pemikiran dengan
pertanyaan seperti :
F ‘mengapa klien
memutuskan untuk mencari bantuan kesehatan’
|
Ö Penyimpangan dari
normal
1)
Gangguan pada status mental/ emosional dapat
disebabkan oleh gangguan psikiatrik, gangguan fungsi cerebral sehubungan dengan
kondisi patologik otak.
2)
Gangguan tingkat kesadaran dapat ditandai oleh :
§ Mudah tersinggung
§ Rentang perhatian
pendek, disorientasi tempat/waktu/orang
§ Ketidakmampuan
untukmengikuti perintah sederhana
§ Hanya responsif
terhadap verbal,nyeri atau tak berespon sama sekali
3)
Pakaian yang tidak cocok dengan tempat dan suasana
dapat menunjukkan penurunan status mental
4)
Afasia, disfonia atau disarthria merupakan akibat dari
kelemahan otot wajah atau lidah atau kerusakan neurologis pada otak
Ö Diagnosa
keperawatan
1)
Gangguan perfusi cerebral bd penyumbatan arterial
2)
Resiko cidera bd penurunan kesadaran
3)
Kerusakan komunikasi verbl bd afasia, disfonia,
disarthria
4)
Perubahan proses pikir bd gangguan mengingat
III.2
PEMERIKSAAN RANGSANGAN SELAPUT OTAK
JENIS PEMERIKSAAN
|
METODE
|
NORMAL
|
Kaku kuduk
|
Klien dalam posisi supine tanpa bantal, lakukan fleksi leher lateral
untuk menyingkirkan kekakuan leher akibat fraktur, dll, selanjutnya lakukan
fleksi leher
|
Tidak terdapat nyeri pada saat dilakukan fleksi lateral ataupun fleksi
ke depan.
Kaku kuduk : nyeri saat fleksi ke depan
|
Tanda Brudzinski I
|
Klien dalam posisi supine tanpa bantal, lakukan fleksi leher ke depan,
observasi kedua lutut klien
|
Lutut tetap lurus
|
Tanda Kernig
(Tanda Brudzinski II)
|
Klien dalam posisi supine tanpa bantal, lakukan ekstensi sendi lutut
pada posisi fleksi 90o, observasi ekspresi wajah klien selama
proses mengekstensikan kaki
|
Tidak terdapat ekspresi wajah kesakitan/ grimace
|
Tanda Laseque
(Tanda Brudzinski III)
|
Klien dalam posisi supine tanpa bantal, lakukan ekstensi sendi lutut
pada posisi fleksi 90o, tanyakan pada klien adakah rasa nyeri pada
pangkal pantat
|
Tidak terdapat nyeri pada pangkal pantat
|
Tanda Brudzinski IV
|
Klien dalam posisi supine tanpa bantal, lakukan ekstensi pada tungkai
bawah sambil lakukan penekanan pada symphisis pubis, observasi kedua lutut
klien
|
Lutut tetap lurus
|
III.2
PEMERIKSAAN SYARAF KRANIAL
SYARAF
|
KERJA
|
METODE
PEMERIKSAAN
|
n.I
(olfaktorius)
|
Menghidu
|
§ Minta klien untuk mengidentifikasi
aroma-aroma, seperti kopi atau vanila.
|
n.II
(optikus)
|
Penglihatan
|
§ Minta klien untuk membaca snellen chart à periksa visus mata
§ Periksa lapang pandang klien
§ Tes warna
|
n.III
(okulomotorius)
|
Gerakan ekstraokuler mata,
konstriksi dan dilatasi pupil
|
§ Kaji pandangan mata klien ke 8 mata arah
§ Periksa reaksi pupil terhadap cahaya
|
n.IV
(trokhlear)
|
Gerakan bola mata ke atas dan
ke bawah
|
§ Kaji arah tatapan mata
|
n.V
(trigeminus)
|
Syaraf sensori ke kulit wajah,
syaraf penggerak/ motorik otot-otot rahang
|
§ Bandingkan sesasi kulit
sisi wajah sebelah kanan dan kiri,
baik sesnsasi terhadap raba (kapas) atau nyeri (dengan jarum)
§ Minta klien untuk membuka dan
mengatupkan mulut
§ Minta klien untuk menggigit
spatel lidah dari kayu, bandingkan kekuatan gigitan
§ Kaji reflek kornea dengan memberikan sentuhan ringan
kapas pada kornae
§ Periksa Jaw jerk reflek (reflek
masseter), yaitu dengan hammer reflek diketukkan pada dagu klien, mulut klien
sedikit terbuk
§ Periksa jaw-wingking refleks,
minta klien membuka mulut dan menggerakkan mandibulanya ke salah satu sisi,
maka kelopak mata pada sisi yang berlawanan akan terangkat
§ Periksa wingking-jaw refleks,
minta klien untuk menutup dan menggerakkan mandibulanya ke salah satu sisi,
maka kelopak mata pada sisi yang sama akan menutup.
|
n.VI
(abdusen)
|
Gerakan bola mata menyamping
|
§ Kaji arah tatapan
mata klien
|
n.VII
(facsialis)
|
Ekspresi wajah
Pengecapan
|
§ Amati
kesimetrisan dari wajah klien, ekspresi muka dan ada tidaknya gerakan
abnormal pada wajah
§ Minta klien untuk
menaik-turunkan alis dan mata, minta klien untuk tersenyum, mencucu/ bersiul,
menggembungkan pipi, mengencangkan wajah
§ Minta klien untuk
mengidentifikasi rasa asin/ manis di
ujung lidah
|
n.VIII
(auditori)
|
Pendengaran,
(vestibularis = keseimbangan)
|
§ Tes ketajaman
pendengaran, mendengarkan kata-kata, detik jam arloji, atau menggunakan garpu
tala.
§ Tes romberg,
minta klien berjalan dengan kedua mata tertutup.
|
n.IX
(glosopharingeus)
|
Pengecapan, kemampuan untuk menelan, gerakan lidah
|
§ Minta klien untuk
mengidentifikasi rasa asam/ asin/ manis/ pahit di bagian belakang lidah,
§ Gunakan spatel
lidah untuk menimbulkan reflek gag.
§ Minta klien untuk
menggerakkan lidah.
|
n.X
(vagus)
|
Sensasi faring, kemampuan menelan, gerakan pita suara
|
§ Minta klien
membuka mulutnya sambil mengucapkan “aaaaah” dengan sedikit hiperekstensi,
observasi gerakan uvula (menjauhi/ berlawanan dengan gerakan menjulurkan
lidah)
§ Gunakan spatel
lidah untuk menimbulkan reflek gag
§ Periksa keras/
lemahnya suara klien
|
n.XI
(accesorius)
|
Gerakan kepala dan bahu
|
§ Minta klien untuk
mengangkat bahu dan memalingkan kepala kesisi yang ditahan pemeriksa
§ Tekan kedua bahu
klien, minta klien untuk mempertahankan posisi bahunya di atas/ terangkat
|
n.XII
(hipoglosus)
|
Posisi lidah
|
§ Minta klien untuk
menjulurkan lidah dan menggerakkannya
dari Satu sisi ke sisi yang lainnya.
§ Letakkan salah
satu ujung jari pemeriksa pada salah satu pipi klien, minta klien mendorong
ujung jari tersebut dengan ujung lidahnya.
|
Ö Penyimpangan dari
normal
1)
Ketidak mampuan mengenali aroma
2)
Abnormalitas atau disfungsi syaraf-syaraf optik,
okulomotor, trokhlear dan abdusen
3)
Ketidakmampuan untuk mengidentifikasi dan merasakan
sensasi pada wajah
4)
Penurunan reflek berkedip
5)
Ketidakmampuan untuk tersenyum secara simetris
6)
Gerakan wajah tidak teratur atau tidak merata
7)
Ketidakmampuan mengecap atau mengenali rasa
8)
Ketidakmampuan untuk mendengar kata yang dibicarakan
9)
Tidak ada reflek gags
10) Penyimpangan lidah
ke satu sisi
11) Kelemahan gerakan
bahu dan leher
Ö Diagnosa
Keperawatan
1)
Gangguan sensori-persepsi (auditori, olfaktori) bd
cidera neurologi
2)
Resiko terjadinya aspirasi bd dengan tidak adekuatnya
reflek gags
3)
Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan bd
meurunnya intake peroral skunder terhadap gangguan menelan.
III.3
PEMERIKSAAN FUNGSI SYARAF SENSORI
§ Jalur sensori dari
SSP mengkonduksikan nyeri, suhu, posisi, vibrasi dan adanya sentuhan lokal yang
kasar dan halus
§ Lakukan seluruh
pengujian sensori dalam mata klien tertutup, meliputi pengkajian pada tangan,
lengan bawah, abdomen, kaki dan tungkai bawah.
§ Berikan rangsangan
dalam suatu urutan acak, minta klien untuk mengkomunikasikan kepada pemeriksa
kapan dan dimana masing-masing rengsangan terasa
FUNGSI SENSOR
|
ALAT
|
METODE PEMERIKSAAN
|
Nyeri superfisial
|
Jarum steril
|
Minta klien untuk mengatakan kapan saatnya sensasi tumpul dan tajam
terasa
§ Tekankan ujung
dan konus jarum secara bergantian,
tunggu sekitar 2 detik diantara dua perangsangan, perhatikan area dimana
terasa baal atau sebalikna tejadi peningkatan kepekaan
|
Suhu
|
Dua tube berisi air hangat dan air dingin
|
Minta klien untuk mengatakan kapan dan dimana sensasi panas dan dingin
terasa
§ Sentuh kulit
klien dengan kedua tube secara bergantian
|
Sentuhan ringan
|
Bola-bola kapas atau pembersih berujung kapas
|
Minta klien untuk mengatakan kapan sensasi itu terasa
§ Lakukan usapan
rngan dengan kapas ke titik-titik yang berbeda sepanjang permukaan kulit
|
Vibrasi
|
Garputala
|
Minta klien untuk mengatakan kapan sensasi itu terasa
§ Getarkan
garputala lalu tempelkan batang dari garputala tersebut ke area sendi
interphalangeal ibu jari kaki, tangan, siku dan pergelangan tangan
|
Posisi
|
|
§ Pegang jari atau
ibu jari kaki klien menggunakan jari-jari pemeriksa, lalu gerakkan jari/ ibu
jari kaki klien naik turun
Minta klien mengatakan
apakah jari/ibu jari kakinya sedang naik-turun
|
Diskriminasi dua titik
|
Dua jepit pengaman/ jarum steril
|
§ Dengan ringan
sentuh satu atau dua ujung jepit pengaman secara serempak ke kulit
§ Tanyakan pada
klien apakah klien merasakan satu atau dua tusukan
|
Stereognosis
|
Koin atau klip kertas
|
§ Biarkan klien
memegang benda-benda itu dan minta klien untuk mengidentifikasi melalui
sentuhan dan manipulasi
|
Ö Penyimpangan dari
normal
1)
Setiap penyimpangan dari respon sensori normal, dapat
diakibatkan oleh gangguan saraf perifer, seperti akibat terjadinya edema lokal,
penurunan aliran darah, tekanan akibat tumor atau gangguan fungsi batang
spinal.
Ö Diagnosa
keperawatan
1)
Gangguan sensori-perseptual (taktil) berhubungan
dengan trauma neurologis
2)
Resiko cidera berhubungan dengan parestesia
III.4
PEMERIKSAAN FUNGSI MOTOR
§ Tes koordinasi,
demonstrasikan setiap manuver ini terhadap klien dan minta klien
menanggulanginya, observasi mengenai kehalusan dan keseimbangan gerakan
tersebut
JENIS PEMERIKSAAN
|
METODE
|
Keseimbangan
|
§ Minta klien untuk
berdiri, kaki berhimpitan dan lengan disisi tubuh dengan mata terbuka,
kemudian tertutup. (tes romberg)
§ Minta klien
berdiri dengan satu kaki dengan mata tertutup dan lengan lurus disisi tubuh,
ulangi pada kaki yang satunya.
|
Motor halus
|
§ Minta klien mengekstensikan
lengan ke luar sisi tubuh, dan sentuhkan setiap jari telunjuk ke hidung,
pertama dengan mata terbuka terlebih dahulu kemudian dengan mata tertutup
§ Klien dalam
posisi terlentang dengan mata tertutup, lalu minta klien menempatkan tumit
salah satu kaki ke atas tibia kaki satunya, dan ulangi pada kaki yang
satunya.
|
Koordinasi gerakan cepat dan bergantian
|
§ Klien dalam
posisi duduk, minta klien menepuk kedua lutut dengan kedua telapak tangan,
lalu secara bergantian membolak-balik telapak dan punggung tangan dan
meningkatkan kecepatan secara bertahap.
§ Klien dalam
posisi terlentang, letakkan tangan pemeriksa pada kaki klien, dan minta kaki
satunya untuk mengetuk tangan pemeriksa, observasi kecepatan dan
kehalusannya.
|
Gaya berjalan
|
§ Minta kien
berjalan tanpa alas kaki mengelilingi ruang pemeriksaan, dengan mata terbuka
kemudian dengan mata tertutup
§ Observasi gaya
berjalan, gerakan kaki dan lengan .
§ Perhatikan adanya
penyeretan kaki/ berjalan dengan ibu jari, telapak kaki terangkat dengan
lemah.
|
Ö Penyimpangan dari
normal
1)
Hilangnya keseimbangan (Romberg positif) dengan klien
jatuh ke arah samping
2)
Klien mengayun badan dan menggerakkan kaki untuk
mencegah jatuhnya badan
3)
Ketidakmampuan untuk menyentuh hidung; gerakan tidak
terorganisasi, tidak berirama, kaku dan lamban
4)
Klien tampak sulit meluncurkan tumit turun dari tibia
5)
Gaya berjalan abnormal
Ö Diagnosa
keperawatan
1)
Gangguan mobilitas fisik bd inkoordinasi
2)
Resiko cidera bd dengan inkoordinasi
III.5
PEMERIKSAAN REFLEKS
§ Bantu klien merelaksasikan
diri dan hindari gerakan involunter atau penegangan otot.
§ Posisikan
ekstremitas agar tidak menegangkan tendon yang akan di periksa
§ Selama pemeriksaan
reflek, klien klien boleh duduk/ atau berbaring
TIPE
|
PROSEDUR
|
REFLEK NORMAL
|
Bisep
|
Fleksikan lengan klien pada bagian siku sampai 45O dengan
telapak tangan menghadap ke bawah; letakkan ibu jari pemeriksa di fossa
antecubital di dasar tendon bisep dan jari-jari lain pemeriksa di atas tendon
bisep; pukul ibu jari pemeriksa dengan hamer reflek.
|
Fleksi lengan di siku
|
Trisep
|
Fleksikan lengann klien bagian siku 90o; pegang lengan
tersebut menyilang di dada, atau pegang lengan atas agar horisontal dan
biarkan lengan bawah menekuk, pukul tendon trisep tepat di atas siku.
|
Ekstensi pada siku
|
Patella
|
Minta klien untuk duduk dengan tungkai tergantung bebas di sisi tempat
tidur; atau minta klien untuk berbaring terlentang dan sokong lutut dalam
posisi fleksi 90o , ketuk cepat
tendon tepat di bawah patella.
|
Ekstensi dari tungkai bawah
|
Achiles
|
Minta klien mempertahankan posisi seperti pada pengujian refleks
patella; dorsofleksikan pergelangan kaki klien dengan memegang jari-jari kaki
dengan telapak tangan anda dan naikkan ke atas; pukul tendon achiles tepat si
atas tumit pada malleolus pergelangan.
|
Plantar fleksi kaki
|
Babinski
|
Minta klien telentang dengan tungkai lurus dan kaki rileks, ambil
ujung pemegang hamer reflek dan tekan bagian lateral telapak kaki sampai ke
pusat kaki, lengkungan menyilang pusat kaki ke arah sisi medial.
|
Penekukan jari kaki dan juga ibu jari kaki ke bawah.
abN : ibu jari dorsofleksi sedang jari kaki plantar fleksi dan
membuka.
|
Kutaneus gluteal
|
Minta klien lateral, buka bokong klien dan rangsang ringan area
perineal dengan sebuah pembersih berujung kapas.
|
Konkraksi spingter anal.
|
Abdominal
|
Minta klien berdiri atau telentang; tekan kulit abdominal dengan lidi waten di atas batas
lateral otot-otot rektus abdominis ke arah garis tengah, ulangi di semua
kuadran
|
Otot-otot rektus abdominis berkontraksi dengan menarik umbilikus ke
arah sisi yang terangsang.
|
|
|
|
Ö Penyimpangan dari
reflek normal
1)
Tidak ada respon reflek
2)
Tidak terjadi kontraksi abdominal selama pengujian
reflek kutaneus
3)
Tidak ada reflek dapat menandakan neuropati atau
gangguan neuron motor bawah
4)
Reflek yang hiperaktif menandakan terjadinya gangguan
neuron motor atas
Ö Diagnosa
keperawatan
1)
Resiko cidera berhubungan dengan neuropati
0
komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)